Sabtu, 20 Mei 2017

NKRI menurut NU

NKRI DALAM PANDANGAN ASWAJA

FIQH ASWAJA DALAM MENGHADAPI RADIKALISME
A.     Pendahuluan
Nahdlatul Ulama’ (NU), sebagai jam’iyyah sekaligus gerakan diniyyah-ijtima’iyyah, sejak awal berdirinya telah menjadikan faham Ahlussunnah wal Jama’ah sebagai basis teologi dan menganut salah satu dari empat madzhab (Hanafi, Maliki, Syafi’i dan Hanbali) sebagai pegangan dalam berfiqh (hukum). Ini bukan konsep belaka, melainkan telah terbukti dalam praktek beragama warga NU melalui bimbingan serta keteladanan para ulama’, baik dalam urusan pribadi, keluarga, bermuamalat dan tak terkecuali adalah urusan berbangsa dan bernegara.
Al-Sunnah wal Jama’ah tiada lain adalah ajaran agama Islam yang murni, maka perwatakan (karakteristik)-nya adalah juga karakteristik agama itu sendiri dan yang paling esensial adalah al-Tawassuth, jalan pertengahan, tidak kekanan-kananan atau kekiri-kirian dan Rahmatan lil ‘Alamanin.[1] Pada persoalan berbangsa dan bernegara, karakteristik ini benar-benar tercermin dalam dinamika perjuangan NU dan ulama’ pesantren sejak masa revolusi hingga detik-detik proklamasi kemerdekaan, bahkan ikut mewarnai dan terlibat langsung saat kelahiran NKRI yang kita cintai ini. Berkat kegigihan pada ulama’ sebagai soko-guru NU, karakteristik itu senantiasa tetap terjaga dengan baik pada masa-masa berikutnya hingga hari ini, walaupun harus menghadapi hambatan serta tantangan, dan itulah sebenarnya bagian dari jihad fi sabilillah. Akhir-akhir ini tantangan NU dalam berjihad menegakkan Aqidah Ahlussunnah wal Jama’ah dan mempertahankan NKRI semakin berat, khususnya yang datang dari kelompok radikal baik semata-mata mengusung paham-paham keagamaan murni maupun sebagai kedok dengan tujuan akhir revolusi kekuasaan dan pembubaran NKRI. 
B.      Pembahasan
1.    Keterlibatan Fiqh Aswaja Dalam Berbangsa dan Bernegara
Nahdlatul Ulama’ telah banyak merumuskan keputusan tentang persoalan negara, kebangsaan dan pemerintahan, antara lain :
a.    Negara Indonesia adalah negara Islam.
Menurut para ulama, bahwa Negara Indonesia dapat dikategorikan sebagai darul Islam (negara Islam), bukan daulah Islamiyyah (pemerintahan Islam), karena mayoritas penduduk di wilayah ini beragama Islam dan dapat melaksanakan syari’at Islam dengan bebas dan secara terang-terangan. Hal ini merujuk pada kitab Syarh Arba’in Nawawi hal. 10 dan Bughyatul Mustarsyidin hal. 254. (Muktamar NU ke 11 tahun 1936 di Banjarmasin, Bahtsul Masail PWNU Jatim tahun 2004 di Banyuwangi, Munas NU tahun 2012 di Cirebon).
b.    Status Presiden RI adalah Waliyyul Amri Dharuriy bis Syaukah (penguasa pemerintahan secara darurat sebab kekuasaanya). Hal ini dikarenakan ketidak-mungkinan mendapat pemimpin yang memenuhi syarat yang ideal, dengan demikian bagaimanapun pemimpin tetap harus ada, agar urusan berbangsa dan bernegara terjaga dan tidak terbengkalai. (Muktamar NU ke 20 tahun 1954 di Surabaya).
c.    Nasbul Imam dan Demokrasi. Memilih pemimpin yang mampu mengemban amanat adalah wajib hukumnya. Bagi NU demokrasi adalah perwujudan Syura dalam Islam yaitu asas bermusyawarah sesuai mekanisme yang benar guna membuahkan keputusan yang terbaik dan paling maslahah. (Munas NU tahun 1997 di Lombok Tengah).
d.   Asas Tunggal Pancasila. Pancasila sebagai dasar Negara Indonesia telah disepakati dan diterima sebagai pedoman hidup bersama yang mengikat semuanya dalam menjalankan hidup bermasyarakat, beragama dan bernegara. Maka menjadi penting memahami pancasila dan hubungannya dengan Indonesia sebagai darul Islam. Oleh karena itu, penerimaan dan pengamalan Pancasila merupakan perwujudan dari upaya umat Islam Indonesia untuk menjalankan syariat agamanya. Jadi dalam hal ini, Pancasila sebagai dasar dan falsafah negara Republik Indonesia bukanlah agama, tidak dapat menggantikan agama dan tidak dapat dipergunakan untuk menggantikan kedudukan agama. (Muktamar NU XXVII tahun 1984 di Situbondo, Munas NU tahun 2012 di Cirebon).

e.   Pemilukada dan Pilpres. Dalam pandangan Islam, pemimpin negara adalah pelanjut tugas pokok kenabian yaitu menjaga Agama (حراسة الدين) dan mengatur dunia (سياسة الدنيا). Mengingat pentingnya tugas pemimpin (imam), maka negara wajib dipimpin oleh seorang imam yang cakap memegang tampuk pemerintahan. Syariat Islam sendiri tidak menentukan sistem apa yang harus dipakai dalam pemilihan pemimpin dalam sebuah pemerintahan. Namun hendaknya diwaspadai model pemimpin yang lahir secara instan, yaitu para pemimpin yang tidak mengukur kemampuan dirinya sendiri dan lebih banyak melihat kekuasaan sebagai media menuju kenikmatan pribadi. Indikasinya pelaksanaan pilpres dan pemilukada  banyak menimbulkan kamadlaratan, seperti konflik sosial, memecah belah  kerukunan, money politik dan berujung pada korupsi serta menghabiskan anggaran negara yang besar. (Munas NU tahun 2012 di Cirebon)
2.    Radikalisme
Radikalisme merupakan faham, wacana dan aktivisme yang berupaya mengubah sistem politik, ekonomi, sosial dan budaya yang ada secara radikal. Oleh karena itu radikalisme-Islamisme, yaitu faham, wacana dan aktivisme yang bertujuan mengubah sistem di atas secara radikal agar menjadi sistem Islami (versi mereka). Radikalisme memiliki dua dimensi terpenting : (1) Kekerasan, dalam pengertian menerima kekerasan sebagai cara yang sah untuk mengubah sistem yang ada dan (2) Usaha aktif dan militan melakukan perubahan didalam masyarakat secara radikal walaupun tidak selalu menggunakan kekerasan.
Setidaknya sudah berjalan lebih dari satu decade, kita menyaksikan bahkan merasakan adanya gerakan dengan ciri-ciri sebagai gerakan radikal dengan isu mendirikan negara khilafah. Guna mendapatkan dukungan khususnya dari kalangan muda, mereka mengusung isu “Indonesia masih jahiliyyah (kafir)” karena tidak menggunakan syari’ah (al-Qur’an dan al-Sunnah) sebagai dasar berbangsa dan bernegara. Sebagai indikasinya menurut mereka, negara tidak mewajibkan perempuan agar bercadar, tidak menerapkan hukuman potong tangan, qishas, diyat dan lain sebagainya. Oleh karena itu menurut mereka, pemerintah Indonesia mulai pusat sampai yang paling bawah serta pihak mana saja yang mendukungnya dianggap kafir dan halal diperangi.
Nahdlatul Ulama’ memiliki sikap tegas jelas tentang khilafah dan takfir (menghukumi seseorang sebagi kafir), yaitu :
a.    Khilafah.
Khilafah sebagai system pemerintahan tidak ditemukan dalil nashnya, namun ia merupakan persoalan ijtihadiyyah, karena bagi NU negara dengan pemerintahannya adalah sarana  guna mencapai tujuan, sehingga negara sebagaimana Indonesia yang tidak menggunakan system khilafah, tidaklah serta merta sah disebut negara kafir, walaupun ada sebagian hukum-hukum Islam tidak dapat dilaksanakan dengan sempurna.
Pandangan seperti ini telah diputuskan PWNU Jawa Timur melalui bahtsul masailnya di Genggong pada tahun 2007 dan di Pesma al-Hikam Malang tahun 2006, yaitu :
Pertanyaan :
Adakah tuntutan Syari'ah berbentuk dalil nash yang mengharuskan pembakuan bentuk khilafah dalam sistem ketatanegaraan Islam ? 
Jawaban :
Tidak ditemukan dalil nash mengenai hal itu, karena bentuk pemerintahan sistem khilafah adalah masalah ijtihadiyyah, dan adanya sebagian hukum syari’at Islam yang belum dapat dilaksanakan walaupun akibat kecerobohan umat Islam, tidak dapat merubah status negara sebagai negara kafir.

شرح النووي على صحيح مسلم جز12 ص 161 للأمام النووي
عن سَالِمِ بنِ عَبْدِ الله بنِ عُمَر عن أَبِيهِ قَالَ ،: قِيلَ لِعُمَرَ بنِ الْخَطَّابِ: لَوْ اسْتَخْلَفْتَ. قَالَ إِنْ أَسْتَخْلِفْ فَقَدْ اسْتَخْلَفَ أَبُو بَكْرٍ وَإِنْ لَمْ أَسْتَخْلِفْ لَمْ يَسْتَخْلِفْ رَسُولُ الله  وفي هذا الحديث دليل أن النبي صلى الله عليه وسلّم لم ينص على خليفة وهو إجماع أهل السنة وغيرهم
الجهاد فى الإسلام ص : 81
يلاحظ من معرفة هذه الأحكام أن تطبيق أحكام الشريعة الإسلامية ليس شرطا لاعتبار الدار دار الإسلام ولكنه حق من حقوق دار الإسلام الله إياها فإن هذا التقصير لا يخرجها عن كونها دار الإسلام ولكنه يحمل المقصرين ذنوبا وأوزارا. اهـ

شرح المحلى على جمع الجوامع جز 2 ص 275 لجلال الدين المحلي
قال صلى الله عليه وسلم "«الخلافة من بعدي ثلاثون سنة ثم تكون ملكاً» أي تصير. أخرجه أبو حاتم وأحمد في المناقب،
شرح النووي على مسلم - (ج 6 / ص 291)
وَفِي هَذَا الْحَدِيث : دَلِيل أَنَّ النَّبِيّ صَلَّى اللَّه عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَمْ يَنُصّ عَلَى خَلِيفَة ، وَهُوَ إِجْمَاع أَهْل السُّنَّة وَغَيْرهَا
Pertanyaan :
Bagaimana kecenderungan mufassirin dalam menyimpulkan perintah memasuki Islam secara kaffah sesuai teks ayat : أدْخـُلوُا فِى السِّـلْمِ كَافَّةً (QS. al-Baqarah : 208)?
Jawaban :
Kecenderungan mufassirin dalam menafsirkan perintah masuk Islam secara kaffah ada dua golongan yaitu :
a)    Perintah masuk Islam bagi seluruh umat manusia.
b)   Perintah terhadap umat Islam agar menerapkan syari’at secara penuh dengan sekuat kemampuannya.

التفسير الكبير للإمام فخر الدين محمد بن عمر الرازى {ط.دار الكتب العلمية}
(يَاأيُّهَا الذِيْنَ آمَنُوا) بِالألْسِنَةِ (أدْخُلُوْا فِى السِّلْمِ كَافَّةً) أى دُومُوا عَلَى الإِسْلاَمِ فِيمَا يَسْتَأنِفُوْنَهُ مِنَ العُمْرِ وَلاَ تَخْرُجُوا عَنْهُ وَلاَ عَنْ شَرَائِعِهِ .... الى أن قال ... قَالَ القَفَّالُ (كافة) يَصِحُّ أنْ يُرْجَعَ الَى المَأمُورِينَ بِالدُّخُولِ اى أُدْخُلُوا بِأجْمَعِكُمْ فِى السِّلمِ وَلاَ تَفَرَّقُوا وَلاَ تَخْتَلِفُوا - الى ان قال-  وَيَصْلُحُ أنْ يُرْجَعَ اِلَى الإِسْلاَمِ كُلِّهِ اى فِى كُلِّ شَرَائِعِهِ، قالَ الوَاحِدِى رَحِمَهُ الله: هَذَا ألْيَقُ بِظَاهِرِ التَّفْسِيرِ لأنَّهُمْ أُمِرُوا بِالقِيَامِ كُلِهَا
b.    Takfir
Persoalan menghukumi kafir, bagi NU adalah persoalan berat dan berhaya. Rusululah bersabda :
عَنْ ابْنِ عُمَرَ أَنَّ النَّبِيَّ قَالَ «إِذَا كَفَّرَ الرَّجُلُ أَخَاهُ فَقَدْ بَاءَ بِهَا أَحَدُهَمَا».
PWNU di Tulungagung tahun 2013 telah memutuskan mengenai kreteria takfir (menghukumi kafir), yaitu :
Pertanyaan :
Sejauh mana tuduhan kafir pada person, institusi atau kelompok orang dapat dibenarkan dibenarkan?
Jawaban :
Menuduh kafir kepada person atau intitusi tidak dapat dibenarkan, kecuali  yang dituduh benar-benar terbukti melakukan sebab kekafiran.
قال العلامة الامام السيد أحمد مشهور الحداد وقد انعقد الاجماع علي منع تكفير أحد من أهل القبلة الا بما فيه نفي الصانع القادر جل وعلا اوشرك جلي لايحتمل التأويل اوانكار النبوة اوانكار ماعلم من الدين بالضرورة اوانكار متواتر اومجمع عليه ضرورة من الدين والمعلوم من الدين ضرورة كالتوحيد والنبوات وختم الرسالة بمحمد صلي الله عليه وسلم والبعث في اليوم الأخر والحساب والجزاء والجنة والنار يكفر جاحده ولايعذر أحد من المسلمين بالجهل به الا من كان حديث عهد بالاسلام فانه يعذر الي ان يتعلمه ثم لايعذر بعده الي ان قال وان الحكم علي المسلم بالكفر في غير هذه المواطن التي بيناها أمر خطير وفي الحديث "اذا قال الرجل لأخيه ياكافر فقد باء بها أحدهما" (رواه البخاري) ولا يصح صدوره الا ممن عرف بنور الشريعة مداخل الكفر ومخارجه والحدود الفاصلة بين الكفر والايمان في حكم الشريعة الغراء (مفاهيم يجب ان تصحح ص 81  و 82 للسيد محمد بن علوي بن عباس المالكي المكي الحسني)

Al-Allamah al-Imam al-Sayyid Ahmad Masyhur al-Haddad berkata, telah menjadi ijma’ tidak boleh mengkafirkan siapapun dari ahli kiblat kecuali sebab yang mengandung penafian (pengingkaran) terhadap wujud Allah al-Shani’ al-Qadir Jalla wa ‘Ala, syirk jaliy yang tidak mungkin ditakwil, pengingkaran kenabian, pengingkaran hukum yang telah maklum dari agama secara dlaruriy (pasti), pengingkaran hadits mutawatir, pengingkaran hukum yang telah menjadi ijma’ secara dlaruriy dari agama. Persoalan yang telah maklum secara dlaruriy seperti tauhid, kenabian, penutup kerasulan dengan Nabi Muhammad SAW, ba’ats di hari akhir, hisab dan jaza’, surga dan neraka. Orang yang mengingkarinya adalah kafir dan tidak seorangpun diterima alasan ketidak tahuannya kecuali ia baru masuk agama Islam, maka ia dapat diterima alasannya sampai dia belajar agama, kemudian sesudah itu tidak diterima alasannya ….sampai ungkapan muallif…Sesungguhnya menghukumi orang Islam dengan kufur dalam selain tempat-tempat yang telah kami jelaskan, adalah urusan yang berbahaya. Dijelaskan dalam hadits “apabila seseorang memanggil kawannya “hai kafir”, maka sungguh salah satu dari keduanya telah kembali (murtad)”. HR : Bukhari. Vonis kufur tidaklah sah kecuali dari orang yang sebab cahaya syari’ah, ia mengetahui celah-celah masuk kedalam kekufuran dan celah-celah keluarnya, serta batas-batas pemisah antara kufur dan iman menurut hukum syari’at yang cemerlang.
3.    NKRI Sudah Final Bagi NU
Ada tiga alasan mendasar, NU menyatakan bahwa NKRI sudah final :
a.    Bagi Nahdlatul Ulama’ negara adalah sarana guna mencapai tujuan yaitu menjamin dan melindungi kehidupan manusia menuju maslahah ‘ammah yang selaras dengan tujuan syariat, yaitu terpeliharanya lima hak dasar manusia (al-ushulul-khams) yaitu, perlindungan agama, perlindungan jiwa (kehormatan), perlindungan akal, perlindungan keturunan dan perlindungan harta.
b.    Nahdlatul Ulama’ dalam persoalan bentuk negara lebih mementingkan substansi bukan lahiriahnya. Oleh karena itu, sekalipun negara yang kita huni dan mesti kita cintai ini disebut Negara Kesatuan Republik Indosesia (NKRI), tetapi secara substansial adalah negara Islam sebagaimana dijelaskan di atas.
c.    Nahdlatul Ulama’ menyadari akan kemajemukan Indonesia, baik agama, suku, ras, bahasa dan adat istiadat, sehingga memerlukan kearifan dalam memilih dan menentukan bentuk negara agar kemajemukan tetap terjaga dengan baik, sekaligus kebersamaan dan persatuan dapat dicapai tanpa ada pihak yang tersinggung dan terciderai. Dengan demikian, kehidupan berbangsa dan bernegara yang damai, tentram, aman dan sentosa harus menjadi prioritas, bukan formalitas “Islam, Khilafah, Syari’ah atau lainnya” namun justru malah berujung pada perpecahan dan pertikaian. (disarikan dari Munas NU tahun 2012 di Cirebon) 
4.    Makna Jihad Bagi NU
Keputusan PWNU tahun 2006 di Pesma Al-Hikam Malang tentang makna “Jihad” dalam kontek negara Indonesia :
a.    Apakah kecenderungan umum perletakan istilah jihad dalam ungkapan Al-Qur'an dan Hadis Nabawiy ?
b.    Apa amaliyah nyata sebagai media mengekspresikan jihad bagi individu dan kelompok muslim ?
Jawaban a :

الـفـقــه الـمـنـهـجـي عــلــى مــذهــب الإمــام الـشــافــعـي مجلد : 3  ص : 475، ف : دكتور مصطفى الخن, دكتور مصطفى البغا, على الشريجى , ط : دار القلم, دار الشامية دمشق, 1416 – 1996   وعبارته :
معــنى الـجــهــاد :
الـجِـهَــادُ فِي اللّـُغَــةِ  مَــصْــدَرُ جَــاهَـــدَ، اَيْ بَـــذَلَ جُــهْــدًا فِي سَـبِــيْـلِ الْــوُصُــوْلِ إِلىَ غَـايَــةٍ مَـا.
وَالْـجِـهَـادُ فِي اصْـطِــلاَحِ الـشَّــرِيْــعَــةِ ألإِسْــلاَمِـيَّــةِ : بَــذْلُ الْــجُــهْــدِ فِـي سَــبِـيْـلِ إِقـَـامَــةِ الْـمُـجْـتـَمَــعِ الإْسْــلاَمِـيِّ ، وَأَنْ تـَـكُــوْنَ كـَـلِــمَـةُ اللهِ هِــيَ الْـعُـلْـيَـا ، وَأَنْ تـَـسْــوَدَّ شَــرِيـْـعَــةُ اللهِ فِي الْــعَـالَــمِ كُــلِّــهِ .
Terjemah :
Kata jihad yang merupakan bentu masdar dari kata kerja jaa-ha-da dalam pengertian bahasa adalah mencurahkan kesungguhan dalam mencapai tujuan apapun.
Kata jihad dalam istilah syariat Islam adalah mencurahkan kesungguhan dalam upaya menegakkan/mendirikan masyarakat yang Islami dan agar kalimah Allah (ajaran tauhid) menjadi mulia serta syari’at Allah dapat dilaksanakan diseluruh penjuru dunia.
Jawaban b :
الـفـقــه الـمـنـهـجـي عــلــى مــذهــب الإمــام الـشــافــعـي مجلد : 3  ص : 475، ف : دكتور مصطفى الخن, دكتور مصطفى البغا, على الشريجى , ط : دار القلم, دار الشامية دمشق, 1416 – 1996   وعبارته :
مِنَ الــتـَّـعْــرِيْــفِ الَّـذِيْ ذَكـَـرْنـَـاهُ لِلْـجِـهَــادِ ، يـَـتـَّضِـحُ أَنَّ الْـجِـهَــادَ أَنْــوَاعٌ  مِــنْــهَـا :
1.   الـْـجِــهـَـادُ بِالـتـَّعْـلِــيْـمِ، وَنـَـشْــرِ الْــوَعْــيِ ألإِسْــلاَمِـيِّ ، وَرَدِّ الـشُّـبَـهِ الْـفِــكْــرِيـَّـةِ الـَّتـِي تـَعْـتـَـرِضُ سَـبِـيْـلَ الإِيْـمـَـانِ بِــهِ ، وَتـَـفـَهُّــمَ حَــقـَـائِــقِــهِ .
2.   الْـجِـهـَـادُ بِـبَـــذْلِ الْـمَــالِ لِــتـَـأْمِــيْــنِ مَـا يَـحْـتـَـاجُ إِلـَـيْــهِ الْـمُـسْـلِـمُــوْنَ فِي إِقـَـامَــةِ مُـجْـتـَـمَـعِــهِــمُ الإِسـْـلاَمِـيِّ الْـمَـنْـشُــوْدِ .
3.   الْـقِــتـَـالُ الــدِّفـَـاعِـيُّ  : وَهـُــوَ الـَّـذِيْ يَـتـَـصَــدَّى بـِـهِ الْـمُـسْـلِـمُــوْنَ لِـمَــنْ يُــرِيـْـدُ أَنْ يَــنـَـالَ مِــنْ شَــأْنِ الْـمُـسْـلِـمِـيْـنَ فِـي دِيْــنِــهِــمْ .
4.   الْــقِــتـَـالُ الْـهُـجُـــوْمِـيِّ : وَهُــوَ الـَّـذِيْ يـَـبْــدَؤُهُ الْـمُـسْـلِـمُــوْنَ عِــنْــدَ مـَا يَـتـَجَــهَّـــوْنَ بِـالــدَّعْــوَةِ الإِسْــلاَمِــيَّــةِ إِلَـى الأُمَـــمِ ألأُخْــرَى فِي بـِــلاَدِهـَـا ، فَـيَــصُــدُّهُــمْ حُــكـَّـامُــهـَـا عـَــنْ أَنْ يُـبَـلِّــغُـــوْا بِـكـَلِـمَـةِ الْــحَــقِّ سَــمْــعَ الـنـَّـاسِ .
5.   حَــالـَـةُ الـنَّــفِــيْــرِ الْــعـَـامِّ وَذَلِــكَ عِــنْــدَ مـَا يَــقـْـتـَـحِــمُ أَعْــدَاءُ الْـمُـسْلِـمِـيْـنَ دِيـَـارَهـُــمْ مُــعْــتـَـدِّيـْـنَ بِــذَلِــكَ عَـــلـَى دِيـْـنِــهِــمْ وَاَرْضِـــهِـــمْ وَحُــرِيـَّـةِ إِعْــتِـــقـَـادِهـِــمْ
Terjemah :
Dari definisi yang telah kami tuturkan tentang jihad, telah jelas bahwa jihad itu bermacam-macam, diantaranya :
1.    Jihad dengan menyelenggarakan pendidikan, menyebarluaskan persatuan Islam, menangkal pemikiran-pemikiran mengkaburkan yang dapat menghalangi jalan menuju iman dan memehami hakikat iman.
2.    Jihad  dengan membelanjakan harta guna memenuhi keperluan umat Islam dalam menegakkan masyarakat Islam yang dicita-citakan.
3.    Peperangan pertahanan, yaitu peperangan yang dilakukan kaum muslimin guna menghadapi musuh yang ingin mendapatkan urusan kaum muslimin dalam bidang agamanya.
4.    Peperangan penyerangan, yaitu peperangan yang dimulai oleh pihak kaum muslimin ketika mereka menyampaikan da’wah Islam kepada umat lain dinegaranya, lalu hakim-hakim negara itu menghalangi umat Islam menyampaian kalimah yang benar ke telinga umat manusia.
5.    Peperangan umum, yaitu ketika musuh-musuh Islam telah memasuki daerah-daerah umat Islam dengan melancarkan serbuan kepada agama, bumi dan kemerdekaan berkeyakinan

الـــفــقــه الإســلامـي و أدلــتـــه ، ج : 8 ، ص : 5846 وعبارته :
فـَالْـجِـهَــادُ يَـكُــوْنُ بـِالـتَّـعْـلِـيْــمِ وَتـَـعَــلُّـــمِ أَحْــكـَـامِ الإْسْــلاَمِ وَنَــشْــرِهـَـا بَـيْـنَ الــنَّــاسِ وَبِـبَــذْلِ الْــمَـالِ وَبـِالْـمُـشَــارَكـَـةِ فِـي قِــتـَـالِ الأَعْـــدَاءِ إِذَا أَعْــلَــنَ الإِمَــامُ الْـجِـهَــادَ ، لِـقـَـوْلـِـهِ صلى الله عليه وسلم : " جـَـاهِــدُوا الْـمُـشْــرِكِـيْــنَ بِـأَمْــوَالِــكُــمْ وَ اَنْـفُـسِــكُــمْ وَأَلْـسِــنَــتِــكُـــمْ " . (رواه النسائي)
Jadi jihad bisa dilakukan dengan cara mengajar, mempelajari hukum-hukum Islam dan menyebarluaskannya, membelanjakan harta dan berpartisipasi berperang menghadapi musuh apabila imam / pimpinan telah meninstruksikan jihad (perang), karena berdasar firman Allah swt (artinya) : “Perangilah orang-orang musyrik dengan harta kalian, jiwa kalian dan lesan kalian”
C.      Penutup
Dari uraian di atas dapat ditarik kesimpulan :
1.      Ber “NU” wajib niat memperbaiki diri lahir dan bathinnya, agar dapat meraih  kebahagiaan hidup dunia dan akhirat. Oleh karena itu, seluruh warga NU wajib mengerti dan mengamalkan ajaran “Islam Ahlussunnah wal Jama’ah al-Nahdliyyah” dengan sebaik-sebaiknya.
2.      NU adalah organisasi yang menempatkan ulama’ sebagai “sentral figur teladan”, sehingga seluruh gerak langkah dan sikap warga NU dalam urusan apapun, senantiasa kosisten dengan tuntunan syariat agama sesuai pola pemahaman agama para ulama’nya (ulama’ NU).
3.      Warga NU secara individu maupun kelompok dalam bersikap dan bertindak mengenai urusan apa saja, harusnya mencerminkan karakteristik khas NU, yaitu al-Tawassuth dan Rahmatan lil ‘Alamin dengan benar.
4.      Jihad warga NU dalam kontek ke-Indonesiaan adalah mempertahaan, membela dan membangun NKRI guna meraih tujuan negara, bukan mengubah bentuk negara dan Pancasila.
5.      Terhadap kelompok radikal agama dan politik, warga NU harus waspada dan bersikap tegas untuk menolaknya dengan pola amar ma’ruf nahi munkar, sekaligus mendorong dan memberi masukan kepada pemerintah agar bertindak tegas.
Terima kasih, semoga berkenan.

Ahmad Asyhar Shafwan

JQH:
Kelompok yang menghafal ayat yang ujungnya menyerang kepada warga NU padahal ia tidak bias mengamalkannya seperti dalam ash-Shaff: 3 ?
صحيح مسلم - (ج 1 / ص 50)
رَسُولَ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- يَقُولُ « مَنْ رَأَى مِنْكُمْ مُنْكَرًا فَلْيُغَيِّرْهُ بِيَدِهِ فَإِنْ لَمْ يَسْتَطِعْ فَبِلِسَانِهِ فَإِنْ لَمْ يَسْتَطِعْ فَبِقَلْبِهِ وَذَلِكَ أَضْعَفُ الإِيمَانِ ».
Tangan: Adalah PENGUASA
Lisan adalah ULAMA
Inkar dengan hati adalah MASYARAKAT UMUM (al-Ghunyah)
Merealisasikan hasil kader penggerak yang diikuti oleh para peserta kader penggerak.
Lebih baik mana pemimpin islam tapi korupsi atau non muslim tapi adil bijaksana?

Muslimat: HTI rajin mendatangi pengajian NU, diiming-imingi pengurus tingkat wilayah.
NU rajin turba
Fatayat: Seolah bagi kita dalil sudah clear, tapi bagi ‘mereka’ belum. Pernahkah NU mengajak duduk bersama dengan mereka?

[1] KH. Ahmad Siddiq, Khitthah Nahdliyyah, (Khalista –LTN NU Jatim, cet. IV, 2006), 38

http://dulwakwak.blogspot.com/2015/01/nkri-dalam-pandangan-aswaja.html?m=1

Cinta Tanah Air

Ketika Hukum Syariat Islam Bicara Cinta Tanah Air

Hafiz, NU Online | Kamis, 11 Agustus 2016 21:01
Assalamu ‘alaikum wr. wb.
Redaksi Bahtsul Masail NU Online yang saya hormati, beberapa waktu ada seorang teman lama datang ke rumah. Kami mengobrol ke sana-ke sini. Di tengah obrolan teman saya membicarakan soal Indonesia sebagai tanah air kita bersama.

Ia menyatakan bahwa cinta tanah air Indonesia tidak disyariatkan. Lebih lanjut ia mengatakan bahwa ‘hubbul wathan minal iman’ (cinta tanah air sebagian dari iman) bukanlah hadits sehingga mencintai Indonesia sebagai tanah air itu bukan sesuatu yang masyru` atau disyariatkan karena tidak ada dalilnya.

Yang ingin saya tanyakan adalah apakah mencintai Indonesia yang merupakan tanah air kita dan dihuni oleh mayoritas umat Islam adalah memang tidak disyariatkan? Wassalamu ‘alaikum wr. wb. (Agung/Brebes)

Jawaban
Assalamu ‘alaikum wr. wb.
Penanya yang budiman, semoga Allah SWT menurunkan rahmat-Nya untuk kita semua. Tanah air sebagaimana yang kita ketahui bersama adalah negeri tempat kelahiran. Al-Jurjani mendefiniskan hal ini dengan istilah al-wathan al-ashli yaitu tempat kelahiran seseorang dan negeri di mana ia tinggal di dalamnya.

اَلْوَطَنُ الْأَصْلِيُّ هُوَ مَوْلِدُ الرَّجُلِ وَالْبَلَدُ الَّذِي هُوَ فِيهِ

Artinya, “Al-wathan al-ashli adalah tempat kelahiran seseorang dan negeri di mana ia tinggal di dalamnya,” (Lihat Ali bin Muhammad bin Ali Al-Jurjani, At-Ta`rifat, Beirut, Darul Kitab Al-‘Arabi, cet ke-1, 1405 H, halaman 327).

Dari definisi ini maka dapat dipahami bahwa tanah air bukan sekadar tempat kelahiran tetapi juga termasuk di dalamnya adalah tempat di mana kita menetap. Dapat dipahami pula bahwa mencintai tanah air adalah berarti mencintai tanah kelahiran dan tempat di mana kita tinggal.

Pada dasarnya setiap manusia itu memiliki kecintaan kepada tanah airnya sehingga ia merasa nyaman menetap di dalamnya, selalu merindukannya ketika jauh darinya, mempertahankannya ketika diserang dan akan marah ketika tanah airnya dicela. Dengan demikian mencintai tanah air adalah sudah menjadi tabiat dasar manusia.

Rasulullah SAW sendiri pernah mengekspresikan kecintaanya kepada Mekah sebagai tempat kelahirannya. Hal ini bisa kita lihat dalam penuturan Ibnu Abbas RA yang diriwayatkan dari Ibnu Hibban berikut ini:

عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: مَا أَطْيَبَكِ مِنْ بَلْدَةٍ وَأَحَبَّكِ إِلَيَّ، وَلَوْلَا أَنَّ قَوْمِي أَخْرَجُونِي مِنْكِ، مَا سَكَنْتُ غَيْرَكِ

Artinya, “Dari Ibnu Abbas RA ia berkata, Rasulullah SAW bersabda, ‘Alangkah baiknya engkau sebagai sebuah negeri, dan engkau merupakan negeri yang paling aku cintai. Seandainya kaumku tidak mengusirku dari engkau, niscaya aku tidak tinggal di negeri selainmu,” (HR Ibnu Hibban).

Di samping Mekah, Madinah adalah juga merupakan tanah air Rasulullah SAW. Di situlah beliau menetap serta mengembangkan dakwah Islamnya setelah terusir dari Mekah. Di Madinah Rasulullah SAW berhasil dengan baik membentuk komunitas Madinah dengan ditandai lahirnya watsiqah madinah atau yang biasa disebut oleh kita dengan nama Piagam Madinah.

Kecintaan Rasulullah SAW terhadap Madinah juga tak terelakkan. Karenanya, ketika pulang dari bepergian, Beliau memandangi dinding Madinah kemudian memacu kendarannya dengan cepat. Hal ini dilakukan karena kecintaannya kepada Madinah.

عَنْ أَنَسٍ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ إِذَا قَدِمَ مِنْ سَفَرٍ فَنَظَرَ إِلَى جُدْرَانِ الْمَدِينَةِ أَوْضَعَ رَاحِلَتَهُ وَإِنْ كَانَ عَلَى دَابَّةٍ حَرَّكَهَا مِنْ حُبِّهَا

Artinya, “Dari Anas RA bahwa Nabi SAW apabila kembali dari berpergian, beliau melihat dinding kota Madinah, maka lantas mempercepat ontanya. Jika di atas atas kendaraan lain (seperti bagal atau kuda, pen) maka beliau menggerak-gerakannya karena kecintaanya kepada Madinah,” (HR Bukhari).

Apa yang dilakukan Rasulullah SAW ketika kembali dari bepergian, yaitu memandangi dinding Madinah dan memacu kendaraannya agar cepat sampai di Madinah sebagaimana dituturkan dalam riwayat Anas RA di atas, menurut keterangan dalam kitab Fathul Bari Syarhu Shahihil Bukhari karya Ibnu Hajar Al-Asqalani menunjukkan atas keutamaan Madinah disyariatkannya cinta tanah air.

وَفِي الْحَدِيثِ دَلَالَةٌ عَلَى فَضْلِ الْمَدِينَةِ وَعَلَى مَشْرُوعِيَّةِ حُبِّ الْوَطَنِ وَالْحَنِينِ إِلَيْهِ

Artinya, “Hadits tersebut menunjukan keutamaan Madinah dan disyariatkannya mencitai tanah air serta merindukannya” (Lihat, Ibnu Hajar al-Asqalani, Fathul Bari Syarhu Shahihil Bukhari, Beirut, Darul Ma’rifah, 1379 H, juz III, halaman 621).

Dari penjelasan singkat ini maka setidaknya kita dapat menarik kesimpulan bahwa mencintai tanah air merupakan tabiat dasar manusia, di samping itu juga dianjurkan oleh syara` (agama) sebagaimana penjelasan dalam kitab karya Ibnu Hajar Al-Asqalani yang dikemukakan di atas.

Kesimpulannya adalah bahwa mencintai tanah air bukan hanya karena tabiat, tetapi juga lahir dari bentuk dari keimanan kita. Karenanya, jika kita mendaku diri sebagai orang yang beriman, maka mencintai Indonesia sebagai tanah air yang jelas-jelas penduduknya mayoritas Muslim merupakan keniscayaan. Inilah makna penting pernyataan hubbul wathan minal iman (Cinta tanah air sebagian dari iman).

Konsekuensi, jika ada upaya dari pihak-pihak tertentu yang berupaya merongrong keutuhan NKRI, maka kita wajib untuk menentangnya sebagai bentuk keimanan kita. Tentunya dalam hal ini harus dengan cara-cara yang dibenarkan menurut aturan yang ada karena kita hidup dalam sebuah negara yang terikat dengan aturan yang dibuat oleh negara.

Saran kami, cintailah negeri kita dengan terus merawat dan menjaganya dari setiap upaya yang dapat menghancurkannya.

Demikian jawaban kami. Semoga bisa dipahami dengan baik. Kami selalu terbuka untuk menerima kritik dan saran dari para pembaca.

Wallahul muwaffiq ila aqwathih thariq,
Wassalamu’alaikum wr. wb.

(Mahbub Maafi Ramdlan)

Bela Negara Fardlu Ain

SANTRI BELA NEGARA
Kiai Said: Membela Negara Hukumnya Fardlu Ain

Mahbib, NU Online | Ahad, 22 November 2015 08:15
Jakarta, NU Online
Ketua Umum PBNU KH Said Aqil Siroj menegaskan wajib bagi setiap individu untuk membela negara dan Tanah Air tercinta. "Membela negara hukumnya fardlu ain," ujarnya di hadapan peserta apel bela negara di markas kolinlamil TNI AL, Jakarta Utara, Sabtu (21/11).
<>
Kewajiban membela negara, kata Kiai Said, sebagaimana wajibnya melaksanakan perintah shalat lima waktu bagi umat Islam. "Ini ditegaskan oleh fatwa Hadratussyaikh KH Muhammad  Hasyim Asyari, pendiri Nahdlatul Ulama, kakeknya Presiden Abdurrahman Wahid," katanya disambut aplaus hadirin.

Doktor jebolan Universitas Ummul Quro Mekah Arab Saudi ini menambahkan, mati dalam rangka membela Tanah Air dianggap mati syahid. "Sama dengan mati dalam membela agama," tegas Kiai Said.

Sebaliknya, barangsiapa bekerja sama dan membela penjajah maka halal darahnya dan layak dibunuh. "Mereka tetap muslim, tidak kafir. Tapi boleh dibunuh, halal darahnya. Ini bagi siapa saja yang berkhianat kepada Tanah Air. Itulah salah satu fatwa Mbah Hasyim Asyari dalam Resolusi Jihad yang dikeluarkan pada tanggal 22 Oktober 1945," papar Kiai Said.

Jawaban Mbah Hasyim tersebut, kata Kiai Said, menjawab pertanyaan tentang hukum membela negara dan Tanah Air yang diajukan Presiden Soekarno, Wakil Presiden Mohammad Hatta, dan Panglima Besar Jenderal Sudirman melalui seorang utusan yang dikirim mereka.

Dengan demikian, lanjutnya, para santri dari berbagai daerah di Jawa Timur semua siap menyambut kedatangan pasukan NICA yang membonceng pasukan sekutu di bawah Komandan Brigjen Mallaby asal Inggris. Begitu pasukan asing mendarat di Surabaya, para santri siap mati syahid demi membela keutuhan NKRI mempertahankan proklamasi kemerdekaan.

"Kurang lebih 20 santri gugur. Tapi Alhamdulillah di hari pertama perang, Brigjen Mallaby mobilnya meledak. Sopirnya, ajudannya, dan dia sendiri semuanya mati. Nah, yang memasang bom di mobilnya Mallaby ini, mohon maaf, bukan TNI bukan siapa-siapa, tapi santri Tebuireng, namanya Harun," tutur Kiai Said disambut aplaus para santri.

Kiai nyentrik ini lalu mengisahkan lagi peran heroik santri lainnya. Namanya Cak Asy'ari . Dengan gagah berani, santri ini naik ke atap hotel Orien. Sekarang berubah menjadi hotel Majapahit di Surabaya. Ia lalu menurunkan bendera Belanda, merobek-robek yang warna biru. Kemudian tinggallah merah putihnya saja. Lalu, dinaikkan kembali bendera tersebut.

"Meski ditembaki dari kanan kiri dan juga dari bawah, dia Alhamdulillah tetap selamat. Itulah rangkaian sejarah yang sangat penting di mana para kiai dan santri semangat membela kemerdekaan Tanah Air kita," tandasnya.

Menurut Kiai Said, hari ini (kemarin) PBNU menggelar kegiatan santri bela negara setelah Presiden Jokowi meresmikan Hari Santri Nasional pada 22 Oktober 2015 yang kebetulan nomor Keppresnya juga 22. "Tanggal tersebut ternyata bertepatan dengan 9 Muharram 1436 H. Itu hari yang mulia bagi Umat Islam. Luar biasa, semuanya telah diatur oleh Tuhan," ujarnya bangga.

Ketua LPOI ini menambahkan, ke depan, setiap tahun selain ada peringatan hari santri nasional juga akan digelar acara pelayaran santri bela negara dalam skala yang lebih besar, lebih baik, dan lebih teratur. (Musthofa Asrori/Mahbib)

Makalah Bela Negara

Pengertian, Nilai, Upaya, dan Dasar Hukum Bela Negara - Bela Negara adalah sikap dan perilaku warga Negara yang teratur, menyeluruh, terpadu dan berlanjut yang dilandasi oleh kecintaan pada tanah air, kesadaran berbangsa dan bernegara serta keyakinan akan pancasila sebagai ideologi Negara guna menghadapi ancaman baik yang berasal dari luar maupun dari dalam negeri yang membahayakan dan mengancam kedaulatan baik kedaulatan di bidang Ideologi, Politik, Ekonomi, Sosial, Budaya, Pertahanan dan Keamanan Negara.

Nilai-Nilai Bela Negara !
Cinta Tanah Air.
Sadar Berbangsa dan Bernegara.
Yakin pada Pancasila sebagai Ideologi Negara.
Rela Berkorban untuk Bangsa dan Negara.
Memiliki kemampuan awal Bela Negara secara Psikis maupun Fisik.
Baca Juga : Proses Perumusan Pancasila Sebagai Dasar Negara
Dasar Hukum Bela Negara !

1.  UUD 1945 Pasal 27 Ayat (3) :” Bahwa tiap warga Negara behak dan wajib ikut serta dalam upaya bela Negara”.

2.  UUD 1945 Pasal 30 Ayat (1) dan (2) :”Bahwa tiap warga Negara berhak dan wajib ikut serta dalam usaha Pertahanan dan Keamanan Negara, dan Usaha Pertahanan dan Keamanan Negara dilaksanakan melalui Sistem Pertahanan dan Keamanan Rakyat Semesta oleh TNI dan Kepolisian sebagai Komponen Utama, Rakyat sebagai Komponen Pendukung”.

3.  UU No. 39 Tahun 1999 Tentang Hak Asasi Manusia Pasal 6B :” Setiap Warga Negara wajib ikut serta dalam upaya pembelaan Negara, sesuai dengan ketentuan yang berlaku”.
4.  UU No.3 Tahun 2002 Tentang Pertahanan Negara Pasal 9 Ayat (1) :” Setiap Warga Negara Berhak dan wajib ikut serta dalam upaya Bela Negara ysng diwujudkan dalam Penyelenggaraan Pertahanan Negara”.

5.  UU No.3 Tahun 2002 Tentang Pertahanan Negara Pasal 9 Ayat (2) :” Keikutsertaan warga Negara dalam upaya bela Negara dimaksud ayat (1) diselenggarakan melalui :
Pendidikan Kewarganegaraan
Pelatihan dasar kemiliteran
Pengabdian sebagai prajurit TNI secara sukarela atau wajib dan
Pengabdian sesuai dengan profesi.
Upaya Bela Negara
1.  POLRI merupakan alat negara yang berperan dalam memelihara kemananan dan ketertiban masyarakat,menegakkan hukum,serta memberikan terpeliharanya keamana dalam negeri.
2.  TNI berperan sebagai alat pertahanan NKRI.

Tugas TNI adalah  :
Mempertahankan kedaulatan negara dan keutuhan wilayah
Melindungi kehormatan dan keselamatan bangsa
Melaksanan operasi milliter selain perang
Ikit serta secara aktif dalam tugas pemeliaraan perdamaian regional dan intermasional.

Ancaman militer adalah ancaman yang menggunakan kekuatan bersenjata yang teroganisasi dan dinilai mempunyai kemampuan yang membahayakan kedaulatan negara.

UURI No 3 Tahun 2002, ancaman militer dapat berbentuk  :
Agresi berupa penggunaan kekuatann bersenjata oleh negara lain terhadap kedaulatan negara,dan keselamatan segenao bangsa
Pelanggaran wilayah yang dilakukan oleh negara lain,baik menggunakan kapal maupun pesawat  non komersial
Pemberontakan bersenjata

Pengabdian sesuai profesi
Pengabdian sesuai profesi adalah pengabdian warga negara yang mempunyai profesi tertentu untuk kepentingan pertahanan negra termasuk dalam menanggulangi dan atau memperkecil akibat yang ditimbulkan oleh perang,atau bencana alam.

Jumat, 11 Desember 2015

Seragam ASN Kemenag

Ketentuan seragam ASN Kemenag Jateng

Pakaian Dinas PNS Kemenag yang baru telah diatur oleh Sekretaris Jenderal Kementerian Agama dengan Surat Edaran (SE) Sekjen Kemenag Nomor SJ/B.VI/HK.00.7/8607/2015 tanggal 26 November 2015. Sebelumnya, Kemendagri telah menerbitkan Permendagri Nomor 68 Tahun 2015 tentang Pakaian Dinas Baru PNS di Lingkungan Kemendagri dan Pemda.

Dengan adanya SE Sekjen Kemenag Nomor 8607 Tahun 2015, Dikuatkan dengan surat dari Kanwil Kemenag Jateng, maka baju seragam PNS yang lebih sederhana, yaitu baju putih lengan panjang menjadi kian populer di lingkungan pemerintahan.

Kementerian/Lembaga lain juga sebenarnya sudah banyak yang menerapkan seragam dinas pada hari hari tertentu menggunakan baju putih dan celana/rok berwarna gelap.

Pakaian Seragam Dinas Baru Kemenag

SE Sekjen Kemenag No 8607 Tahun 2015 ditujukan kepada Para Pejabat Eselon I Pusat Kemenag, Rektor UIN/IAIN, Ketua STAIN/STAKN/STHAN, dan seluruh Kepala Kanwil Kemenag di seluruh Indonesia.

pakaian dinas kemenag

Tujuan ditetapkannya seragam pakaian dinas PNS Kemenag adalah untuk meningkatkan disiplin para pegawai serta kerapian dalam berpakaian bagi para pegawai Kemenag.

Adapun peraturan pakaian dinas yang berlaku bagi pegawai ASN dan Honorer di lingkungan Kemenag sesuai surat edaran tersebut adalah:

1. Pakaian Dinas Hari Senin-Rabu
Pria: Kemeja Putih Lengan Panjang - Celana Warna Gelap
Wanita: Blus warna putih, bawahan warna gelap, jilbab/kerudung menyesuaikan
2. Pakaian Dinas Hari Kamis
Pria: Kemeja Baju Batik - Celana Warna Gelap
Wanita: Menyesuaikan
3. Pakaian Dinas Hari Jumat
Pria: Bebas Rapi
Wanita menyesuaikan
4. Bagi pejabat Eselon I dan II, laki-laki memakai dasi hari Senin-Rabu

Para pegawai Kementerian Agama harus memakai baju putih selama 3 hari dari Senin s.d. Rabu. Kementerian lain, termasuk Kementerain Dalam Negeri dan Pemda, memakai baju putih ini hanya satu hari dalam 1 minggu. Ada yang juga yang dua hari dalam 1 minggu.

Dengan adanya seragam putih bagi PNS Kemenag ini mudah-mudahan semakin putih juga hari para PNS dan juga makin sederhana juga hidupnya serta sejahtera kehidupannya

ketentuan Seragam ini berlaku mulai tahun 2016

Adapun isi surat ketentuan pakaian dinas dari Kanwil Kememag Jateng yang telah diralat yaitu sebagai beiikut   ;

KEMENTERIAN AGAMA KANTOR WILAYAH PROVINSI JAWA TENGAH Jalan Sisingamangaraja No. 5 Telepon 024 – 8412547 Fax 024 – 8315418
SEMARANG – 50232
Website : http://jateng.kemenag.go.id e-mail : kanwiljateng@kemenag.go.id

Nomor : Kw.11.1/4/HM. 00/23688/2015 Semarang, 19 Oktober 2015 
Sifat : Segera 
Lampiran : -

Hal : Pakaian Dinas Bagi ASN
Jajaran Kanwil Kemenag Prov. Jateng
Kepada Yth.
Kepala Kankemenag Kab./ Kota se-Jawa Tengah di tempat

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Dalam rangka menertibkan pakaian Dinas ASN Jajaran Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi Jawa Tengah, maka diwajibkan memakai pakaian dinas dengan ketentuan sebagai berikut ;

Hari Senin : Keki, Identitas Kementerian Agama, atribut lengkap
(Muslimah Kerudung krem)

Hari Selasa dan Rabu : Abu-abu, Identitas Kementerian Agama atribut lengkap
(Muslimah Kerudung menyesuaikan)

Hari Kamis : Batik atribut lengkap
(Muslimah Kerudung menyesuaikan)

Hari Jum’at : Pakaian Olahraga, atau Batik (Muslimah Batik Kerudung menyesuaikan)

Demikian untuk dilaksanakan sebagaimana mestinya
Wasssalamu’alaikum Wr. Wb.

Kepala

Drs. H. Ahmadi, M. Ag 
NIP. 195904061982031004

Selasa, 27 Oktober 2015

MAHFUDHAT

ahfudzat (Hafalan2 Pribahasa dan Syair Pendidikan)

Barangsiapa bersungguh-sungguh, dapatlah ia
من جدّ وجد

Tuntutlah ilmu sejak dari buaian hingga ke liang kubur
أطلب العلم من المهد الى اللحد

Barangsiapa menanam pasti akan memetik
من يزرع  يحسد

Tidak ada kenikmatan kecuali setelah kepayahan
وما اللذّة الا بعد التعب

Seandainya tiada berilmu niscaya manusia itu seperti binatang
لولا العلم  لكان الناس  كالبهائم

Sebaik-baik teman duduk pada setiap waktu adalah buku
خير جليس فى الزمان كتاب

Barangsiapa tahu jauhnya perjalanan, bersiap-siaplah ia

من عرف بعد السّفر استعدّ

Tergelincirnya kaki itu lebih selamat daripada tergelincirnya lidah
عثرة القدم أسلم من عثرة اللسان

Hamba sahaya itu harus dipukul dengan tongkat, dan orang yang merdeka (bukan budak) cukuplah dengan isyarat.
العبد يضرب بالعصا والحرّ تكفيه الاشارة

Awal kemarahan itu adalah ketidakwarasan dan akhirnya adalah penyesalan
أوّل الغضب جنون وآخره ندم

Segala sesuatu apabila banyak menjadi murah, kecuali budi pekerti
كلّ شيئ إذا كثر رخص إلاّ الأدب

Barangsiapa berjalan pada jalannya, sampailah ia.
من سار على الدرب وصل

Pokok segala dosa itu adalah kebohongan.
رأس الذنوب الكذب

Bekerja itu membuat yang sukar menjadi mudah.
العمل يجعل الصعب سهلا

Tuntutlah ilmu walaupun di negeri Cina
أطلب العلم ولو بالصين

Temanmu adalah yang menangisimu (membuatmu menangis), bukan orang yang menertawakanmu (membuatmu tertawa).
صديقك من أبكاك لا من أضحكك

Cobalah dan perhatikanlah, niscaya kau menjadi orang yang tahu.
جرّب ولاحظ تكن عارفا

Tidak akan kembali hari-hari yang telah berlalu.
لن ترجع الأيّام التى مضت

Barangsiapa sedikit benarnya/kejujurannya, sedikit pulalah temannya.
من قلّ صدقه قلّ صديقه

Pergaulilah orang yang jujur dan menepati janji.
جالس أهل الصّدق والوفاء

Ilmu tiada amalan bagaikan pohon tidak berbua
العلم بلا عمل كالشجر بلا ثمر

Balasan suatu kejahatan itu adalah kejahatan yang sama dengannya
فجزاء سيّئة سيّئة مثلها

Barangsiapa yang menggali lubang akan terperosoklah ia di dalamnya
من حفر حفرة وقع فيها

Bukanlah cela itu bagi orang yang miskin, tapi cela itu terletak pada orang yang kikir
ليس العيب لمن كان فقيرا بل العيب لمن كان بخيلا

Sebaik-baiknya teman itu adalah yang menunjukkanmu kepada kebaikan.
خير الأصحاب من يدلّك على الخير

Akal yang sehat itu berada pada jasmani yang sehat.
العقل السليم فى الجسم السليم

Telur hari ini lebih baik daripada ayam esok hari.
بيضة اليوم خير من دجاجة الغدّ

Waktu itu lebih berharga daripada emas
الوقت أثمن من الذّهب

Belajarlah di waktu kecil dan amalkanlah di waktu besar
تعلّم صغيرا واعمل به كبيرا

Belajar di waktu kecil itu bagaikan mengukir di atas batu
التعلّم فى الصّغر كالنقش على الحجر

Kalau besar permintaannya, maka sedikitlah penolongnya
إذا كبر المطلوب قلّ المساعد

Tiada ada baiknya suatu keenakkan yang diiringi penyesalan
لا خير فى لذّة تعقب ندما

Mengatur pekerjaan itu menabung (memperbanyak) sebanyak separuh waktu
تنظيم العمل يوفّر نصف الوقت

Kebersihan itu sebagian daripada iman
النظافة من الإيمان

Perkataan itu dapat menembus apa yang tidak dapat ditembus oleh jarum
الكلام ينفذ مالا تنفذه الإبر

Barangsiapa berhati-hati niscaya mendapatkan apa-apa yang ia cita-citakan.
من تأنّى نال ما تمنّى

Sebaik-baik hartamu adalah yang bermanfaat bagimu
خير مالك ما نفعك

Apabila engkau tidak malu, maka berbuatlah sekehendakmu
إذا لم تستح فاصنع ما شئت

Barangsiapa yang menganiaya niscaya akan dianiaya
من ظلم ظلم

Bukanlah kegantengan itu dengan pakaian yang menghiasi kita, sesungguhnya kegantengan itu ialah kecantikan dengan ilmu dan kesopanan
ليس الجمال بأثواب تزيّننا, إنّ الجمال جمال العلم والأدب

Janganlah engkau bersikap lemah sehingga kamu akan diperas, dan janganlah kamu bersikap keras sehingga kamu akan dipatahkan.
لاتكن رطبا فتعصر ولا يابسا فتكسّر

Barangsiapa menolongmu dalam kejahatan, maka ia telah mendzolimimu
من أعانك على الشّرّ ظلمك

Perhatikanlah perkataannya, dan janganlah memperhatikan siapa yang mengatakannya
أنظر ما قال ولاتنظر من قال

Harga seseorang itu sebesar kebaikan yang telah diperbuatnya
قيمة المرء بقدر ما يحسنه

Orang yang pendengki itu tidak akan menjadi mulia
الحسود لايسود

Obatilah kemarahan itu dengan diam
داووا الغضب بالصمت

Bukanlah setiap yang berkilau itu emas
ليس كلّ ما يلمع ذهبا

Gerak-gerik seseorang itu menunjukkan rahasia hidupnya
سيرة المرء تنبئ عن سريرته

Sebaik-baik perkataan itu ialah yang sedikit tapi jelas dan efektif
خير الكلام ما قلّ ودلّ

Berapa banyak saudara yang tidak dilahirkan oleh satu ibu
ربّ أخ لم تلده والدة

Kecintaan/ketulusan teman itu, akan tampak pada waktu kesempitan
مودّة الصّديق تظهر وقت الضيق

Manusia adalah tempatnya kesalahan dan kekhilafan
الإنسان محل الخطأ والنسيان

Barangsiapa bersabar beruntunglah ia.
من صبر ظفر

Kesabaran itu menolong segala pekerjaan
الصبر يعين على كلّ عمل

Berlemah lembut kepada orang yang lemah itu adalah suatu perangai yang mulia
الرّفق بالضّعيف من خلق الشريف

Di dalam kehati-hatian ada keselamatan, dan di dalam ketergesa-gesaan terdapat penyesalan
فى التّأنّى سلامة وفى العجلة ندامة

Buah sembrono/kelengahan itu adalah penyesalan, dan buah kecermatan itu adalah keselamatan
ثمرة التفريط ندامة وثمرة الحزم سلامة

Bersungguh-sungguhlah dan janganlah bermalas-malasan dan jangan pula lengah, karena penyesalan itu akibat bagi orang yang bermalas-malasan
إجهد ولا تكسل ولاتك غافلا فندامة العقبى لمن يتكاسل

Sebaik-baik manusia itu adalah yang terlebih baik budi pekertinya dan yang lebih bermanfaat bagi manusiah
خير النّاس أحسنهم خلقا وأنفعهم للنّاس

Janganlah menunda pekerjaanmu hingga esok hari yang kamu dapat mengerjakannya hari ini
لاتؤخّر عملك إلى الغدّ ما تقدر أن تعمله اليوم

Barangsiapa manis tutur katanya (perkataannya) maka banyaklah temannya
من عذب لسانه كثر إخوانه

Tidak menjawab pertanyaan orang bodoh itu adalah jawabannya
ترك الجواب على الجاهل جواب

Tinggalkanlah kejahatan, niscaya kejahatan itu akan meninggalkanmu.
أترك السّرّ يتركك

Barangsiapa mencari teman yang tidak bercela, maka ia akan tetap tidak mempunyai teman
من طلب أخا بلا عيب بقي بلا أخ

Apabila akal seseorang telah sempurna, maka sedikitlah bicaranya
إذا تمّ العقل قلّ الكلام

Barangsiapa banyak perbuatan baiknya, maka banyak pula temannya
من كثر إحسانه كثر إخوانه

Katakanlah yang benar itu walaupun pahit
قل الحقّ ولو كان مرّا

Bukanlah anak yatim itu yang telah meninggal orang tuanya, tetapi (sebenarnya) yatim itu adalah yatim ilmu dan budi pekerti
ليس اليتيم الذي قد مات والده, بل اليتيم, يتيم العلم والأدب

Tiap-tiap tempat itu ada kata-katanya yang tepat dan pada setiap kata itu ada tempatnya yang tepat
لكلّ مقام مقال ولكلّ مقال مقام

Dan pergaulilah manusia dengan apa-apa yang engkau sukai dari mereka selamanya
وعامل النّاس بما تحبّه منه دائما

Hancurlah seseorang yang tidak tahu nilai dirinya
هلك امرؤ لم يعرف قدره

Setiap pekerjaan itu ada upahnya, dan setiap perkataan itu ada jawabannya
لكلّ عمل ثواب ولكلّ كلام جواب

Jika benar tekadnya niscaya terbukalah jalannya
إذا صدق العزم وضح السبيل

Bencana ilmu itu adalah lupa
آفة العلم النسيان

Musuh yang pandai lebih baik daripada teman yang bodoh
العدوّ العاقل خير من الصديق الجاهل

Berfikirlah dahulu sebelum kau berkehendak
فكّر قبل أن تعزم

Janganlah engkau menghina orang miskin, jadilah penolong baginya
لاتحتقر مسكينا وكن له معينا

Persatuan adalah pangkal keberhasilan
الاتّحاد أساس النّجاح

Kemuliaan itu dengan adab kesopanan (budi pekerti) bukan karena keturunan
الشّرف بالأدب لا بالنسب

Janganlah menghina seseorang yang lebih rendah dari dirimu, karena segala sesuatu itu memiliki kelebihan
لا تحتقر من دونك فلكلّ شيء مزيّة

Keselamatan manusia itu adalah dalam menjaga lidahnya (perkataannya)
سلامة الإنسان فى حفظ اللسان

Adab seseorang itu lebih baik (lebih berharga) daripada emasnya
أداب المرء خير من ذهبه

Kerusakan budi pekerti/akhlak itu menular
سوء الخلق يعدى

Perbaikilah dirimu sendiri, niscaya orang lain akan baik padamu
أصلح نفسك يصلح لك الناس

Ketidakmampuan mencapai sesuatu yang akan dicapai adalah pencapaian terhadap sesuatu tersebut.
العزج عن إدراك الإدراك إدراك

Apa yang tidak tercapai seluruhnya jangan ditinggal sebagian besarnya
مالا يدرك كلّه لا يترك جلّه

Berbuat baiklah kepada manusia niscaya anda akan mendaulati hatinya, begitu banyak kebaikan yang membuat manusia bertekuk lutut.
أحسن إلى النّاس تستعبد قلوبهم, فطال ما استعبد الإنسان إحسان

Sesungguhnya manusia itu bagaikan bulat sabit beserta cahayanya, bila genap sebulan ia tenggelam dan menghilang
إنّما المرء كالهلال وضوءه يوافى تمام الشهر ثمّ يغيب

Matinya orang yang baik itu adalah istirahat baginya, matinya orang jahat itu adalah istirahat bagi manusia lainnya
موت الصّالح راحة لنفسه, وموت الطّالح راحة للنّاس

Saudaraku kamu tidak akan mendapatkan ilmu kecuali dengan enam perkara, akan kuberitahukan perinciannya dengan jelas: kecerdasan, ketamakan terhadap ilmu, kesungguhan, tersedianya uang bekal, bersahabat dengan guru, panjangnya waktu/masa.
أخى لن تنال العلم إلاّ بستّة سأنبيك عن تفصيلها ببيان : ذكاء وخرص واجتهاد ودرهم وصحبة أستاذ وطول زمان

Kebenaran yang tidak terorganisir (teratur) akan dikalahkan oleh kebathilan yang tertata rapi (terorganisir)
الحقّ بلا نظم يغلبه الباطل بالنّظام

Merasa puas terhadap apa yang telah dicapai adalah harta yang tak habis-habisnya
القناعة كنز لا يفنى

Hikmah adalah barang hilangnya orang mukmin di mana saja ia menemukannya, ia harus memungutnya
الحكمة ضالة المؤمن أنّى وجدها التقطها

Mencari keridhaan manusia banyak orang adalah usaha yang sia-sia (karena yang demikian itu adalah target yang tidak tercapai)
رضا النّاس غاية لا تدرك

قال الإمام الشافعي رضي الله عنه
العلم صيد والكتابة قيده قيّد صيودك بالحبال الواثقة
فمن الحمقة أن تزيل غزالة وتتركها بين الخلائق طالقة

Imam Syafai’I r.a. berkata
Ilmu pengetahuan itu buruan dan tulisan adalah talinya
Ikatlah binatang buruanmu dengan tali yang kuat
Maka termasuk ketotolan bila anda berburu seekor rusa
Lalu membiarkannya terlepas di antara orang banyak

الحثّ على التعلّم (1)
العالم كبير وإن كان حدثا والجاهل صغير وإن كان شيخا
تعلّم فليس المرء يولد عالما وليس أخو علم كمن هو جاهل
وإنّ كبير القوم لا علم عنده غير إذا التفّت عليه المحافل

Anjuran untuk belajar (1)
Orang berilmu itu besar meski masih muda
Dan orang bodoh itu kecil walaupun sudah berumur
Belajarlah karena tidak seorang pun dilahirkan dalam keadaan berilmu
Dan tidaklah sama orang yang berilmu dengan orang bodoh
Sesungguhnya tokoh masyarakat yang tidak berilmu
Nampak kecil bila berada dalam suatu majlis pertemuan

الحثّ على التعلّم (2)
من لم يذق ذلّ التعلّم ساعة تجرّع ذلّ الجهل طول حياته
ومن فاته التّعليم وقت شبابه فكبّر عليه أربعا لوفاته
حياة الفتى والله بالعلم والتقى إذا لم يكونا لا اعتبار لذاته

Anjuran untuk belajar (2)
Barangsiapa tidak pernah merasakan deritanya belajar meski sesaat
Ia akan merasakan hinanya kebodohan sepanjang hidupnya
Barangsiapa meninggalkan belajar waktu mudanya
Maka bertakbirlah empat kali atas kewafatannya
Kehidupan pemuda, sungguh hanya dengan ilmu dan ketakwaan
Tanpa keduanya, ia tak dapat dianggap apa-apa sama sekali

لعمرو الوردى المتوفى فى سنة 749 ه
فى طلب العلم
أطلب العلم فلا تكسل فما أبعد الخير على أهل الكسل
ولا تقل قد ذهبت أيّامه كلّ من سار على الدرب وصل
ولا تقل أصلى وفصلى أبدا إنّما أصل الفتى ما قد حصل

Syair ‘Amru Bin Al Wardi (wafat 749 H)
Tentang Menuntut Ilmu
Tuntutlah ilmu jangan malas, alangkah
Jauhnya kebaikan dari orang yang malas
Dan jangan katakan sudah lewat masanya untuk belajar
Karena semua yang berjalan di atas jalannya akan sampai
Dan janganlah selalu menyebut asal-usul dan rumpun suku anda
Sesungguhnya aslinya seseorang itu adalah apa yang telah ia capai

للبوصيرى فى تحذير هوى النّفس
النّفس كالطّفل إن تهمله شبّ على حبّ الرضاع وإن تفطمه ينفطم
كم حسّنت للمرء لذّة للمرء قاتلة من حيث لا يدر أنّ السّمّ فى الدّسم

Oleh Bushoiri dalam mewaspadai Hawa Nafsu
Nafsu itu bagaikan bayi bila Anda biarkan terbiasa dengan
Kesenangan menyusu terus-terusan. Namun, bila Anda lepas ia akan terlepas dan berhenti
Sering kali nafsu kelezatan indah di mata seseorang tapi membinasakan
Karena ia tidak sadar bahwa racun ada dalam lemak (yang lezat)

الصّبر
الصّبر كالصّبر مرّ فى مذاقته لكن عواقبه أحلى من العسل
كن حليما إذا بليت بغيظ وصبورا إذا أتتك مصيبة

Kesabaran
Kesabaran itu bagaikan jadam pahit rasanya
Akan tetapi, kesudahannya lebih manis daripada madu
Berperangai santunlah bila Anda didera kemarahan
Dan penyabar bila musibah menimpa Anda.

الرحلة فى طلب الغنى
إذا المرء لم يطلب معاشا لنفسه شكا الفقر أولام الصّديق فأكثر
فسر فى بلاد الله والتمس الغنى تعش ذا يسار أو تموت فتعدر
ولا ترض من عيش بدون ولاتنم وكيف ينام من كان معسرا

Perjalanan mencari rezeki
Bila seseorang tidak berusaha mencari nafkah untuk dirinya
Ia akan menderita kemiskinan atau banyak mencela sahabatnya
Maka berjalanlah di negeri-negeri Allah yang luas dan carilah rezeki
Niscaya Anda akan hidup dalam kemudahan atau mungkin Anda akan mati, namun Anda tidak akan mati tercela atau terhina
Janganlah rela dengan hidup tanpa apa-apa dan jangan tidur
Bagaimanakah dapat tidur bagi orang yang mendapatkan kesusahan

الحثّ على السفر فى طلب الرزق
بلاد الله واسعة فضاء ورزق الله فى الدنيا فسيح
فقل للقاعدين على هوان إذا ضاق بكم أرض فسيحوا

Anjuran berangkat mencari rizqi
Negeri Tuhan sangatlah luas
Dan rezeki Allah sangatlah banyak di dunia
Maka katakanlah kepada orang-orang yang duduk santai
Apabila negeri menjadi sempit bagi Anda maka berangkatlah

التواضع (1)
تواضع إذا ما نلت فى النّاس رفعة فإنّ رفيع القوم من يتواضع
تواضع إذا ما كان قدرك عاليا فإنّ اتّضاع المرء من شيم العقل

Rendah hati (1)
Rendah hatilah bila Anda memperoleh martabat di tengah manusia
Karena sesungguhnya orang yang tinggi martabatnya adalah orang yang bersikap rendah hati
Rendah hatilah bila harga diri Anda tinggi
Sungguh kerendahan hati seseorang pertanda ia berakal

التواضع (2)
تواضع تكن كالنجم لاح لناظر على صفحات الماء وهو رفيع
ولا تكن كالدخان يعلو بنفسه إلى طبقات الجوّ وهو وضيع

Rendah Hati (2)
Rendah hatilah laksana bintang yang kelihatan rendah bagi yang melihatnya
Pada permukaan air padahal ia sendiri tinggi di atas sana
Janganlah anda bagaikan asap membumbung tinggi dengan sendirinya
Ke lapisan-lapisan udara padahal ia sendiri hina (tidak ada apa-apanya)

قال الإمام الشافعي رضي الله عنه
شكوت إلى وكيع سوء حفظى فأرشدنى إلى ترك المعاشى
فأخبرنى بأنّ العلم نور ونور الله لا يهدى للعاصى

Imam Syafi’i r.a. berkata
Aku mengeluh kepada guruku perihal buruknya hafalanku (sulitnya aku menghapal)
Lalu ia menganjurkanku agar aku meninggalkan maksiat
Ia menyampaikan kepadaku bahwa ilmu itu cahaya
Dan cahaya Allah tidak diberikan kepada orang yang melakukan maksiat

الاقتصاد
أنفق على قدر ما استطعت ولا تسرف وعش عيش مقتصد
من كان فيما استفاد مقتصدا لم يفتقر بعدها إلى أحد

Hemat
Berdermalah sesuai kesanggupan Anda dan jangan
Boros dan hiduplah sebagaimana hidupnya orang yang hemat
Barangsiapa berlaku hemat (dalam mengeluarkan uang) pada apa yang bermanfaat saja
Tidaklah ia butuh setelah itu kepada seseorang

الكشّافة
أنا الفتى الكشّاف من واجب الاسعاف
أسعى بكلّ جهدى لخدمــة العبــاد
أخدم كلّ أهلى بلا انتظــار مهـل
فخدمة الأوطان من واجب الإنسـان 

Kepanduan/kepramukaan
Saya anggota pramuka
Kewajibanku adalah membantu
Saya berupaya sekuat tenaga
Untuk berbakti kepada semua insan
Saya berbakti kepada segenap bangsa
Tanpa menantikan bayaran melimpah
Dedikasi kepada tanah air
Adalah kewajiban manusia

احترام المعلّم والطبيب
إنّ المعلّم والطّبيب كلاهما لا ينصحان إذا هما لم يكرما
فاصبر لدائك إن جفوت طبيبا واقنع لجهلك إن جفوت معلّما
Menghormati guru dan dokter
Sesungguhnya baik guru dan dokter
Tidak rela memberi nashihat bila keduanya tidak dihormati
Bersabarlah dengan penyakitmu bila anda jauh dari dokter
Dan puaslah dengan kebodohanmu bila Anda jauh dari guru

النصيحة فى أشراف العادات والصّدقة
أسلك بنيّ مناهج السّادات وتخلّقنّ بأشرف العادات
وإذا اتّسعت برزق ربّك فاجعلن منه الأجل لأوجه الصّدقات

Nashihat tentang kebiasaan baik dan bersedekah
Tempuhlah wahai anakku, jalan-jalan yang ditempuh para tokoh
Berperilakulah dengan kebiasaan-kebiasaan termulia
Apabila engkau mendapatkan keluasan rezeqi dari Tuhan, maka jadikanlah
Terbanyak darinya untuk bermacam-macam sedekah (keluarkanlah sedekah)

حقّ الوالدين

إنّ للوادين حقّا علينا بعد حقّ الله فى الاحترام

أوجدانا وربّيانا صغارا فاستحقّا نهاية الإكرام

Hak kedua orang tua
Sesungguhnya kedua orang tua memiliki hak atas kita
Setelah hak Allah dalam penghormatan
Keduanya menyebabkan kita ada dan memelihara kita di waktu kecil
Maka keduanya berhak mendapatkan penghormatan tinggi

أوصى على بن إبى طالب ابنه الحسن
يا بنيّ : إحفظ عنّى أربعا وأربعا لايضرّك ما عملت معهنّ
أغنى الغنى العقل, وأكبر الفقر الحمق, وأوحشة الوحشة العجب, وأكبر الحسب حسن الخلق
يا بنيّ : إيّاك و مصادقة الأحمق فإنّه يريد أن ينفعك فيضرّك إيّاك, ومصادقة البخيل فإنّه يبعد عنك أحوج ما تكون إليه
وإيّاك ومصادقة الفاجر فإنّه يبيعك بالتّافه, وإيّاك ومصادقة الكذّاب فإنّه كالسّراب يقرب عليك البعيد ويبعد عليك القريب

Ali bin Abi Tholib berpesan kepada anaknya, Hasan
Wahai anakku jagalah dariku empat hal, dan empat hal lain yang tidak akan mencelakakanmu selama engkau berpegang dengannya; kekayaan yang maksimal adalah akal, kemiskinan terbesar adalah kebodohan, keliaran terbesar adalah kesombongan, dan garis keturunan terbesar adalah akhlak mulia
Wahai anakku, hindarilah berteman dengan orang dungu karena ia kelihatan memberi manfaat kepadamu lalu mencelakakanmu, hindarilah berteman dengan orang kikir karena ia menjauhkan darimu apa yang paling kamu butuhkan, hindarilah berteman dengan orang bejat karena ia akan menjualmu dengan harga murah, hindarilah berteman dengan orang pembohong karena ia bagaikan fatamorgana mendekatkan bagimu yang jauh dan menjauhkan yang dekat.

شعر أبى نواس (الاعتراف
إلهي لست للفردوس أهلا (*) ولا أقوى على النار الجحيم
فهب لى توبة واغفر ذنوبى (*) فإنّك غافر الذنب العظيم
ذنوبى مثل أعداد الرمال (*) فهب لى توبة يا ذا الجلال
وعمرى ناقص فى كلّ يوم (*) وذنبى زائد كيف احتمالى
إلهى عبدك العاصى أتاك (*) مقرّا بالذنوب وقد دعاك
فإن تغفر فأنت لذاك أهل (*) وإن تطرد فمن نرجو سواك
Syair Abi Nawas (Sebuah Pengakuan)
Tuhanku... aku tidak layak memasuki syurga Firdaus
Dan aku pun tak mampu menahan siksa api Neraka
Terimalah taubatku dan ampunilah dosa-dosaku
Sesungguhnya Engkaulah Pengampun dosa-dosa besar
Dosa-dosaku amatlah banyak bagai butiran pasir
Terimalah taubatku, wahai Yang Maha Agung
Umurku berkurang setiap hari, sedangkan dosa-dosaku terus bertambah
Bagaimana aku sanggup menanggungnya?
Tuhanku... hamba-Mu yg durhaka ini datang bersimpuh menghadap-Mu
Mengakui dosa-dosa dan menyeru memohon kepada-Mu
Bila Kau mengampuni, Engkaulah Sang Pemilik Ampunan
Bila Kau campakkan aku, kepada siapa aku mesti berharap selain dari-Mu?

http://dadanggani.blogspot.co.id/2010/09/mahfudzat-hafalan2-pribahasa-dan-syair.html?m=1